Mendengar suatu berita fitnah yang menyayat hati dan menimpa keluarga, seketika nuarani tersayat mengingat Rasulullah saw. karena siapa lagi yang pantas diteladani selain seseorang yang akhir hayatnya pun menyebut nama kami, umatnya, masya Allah.
Suatu fitnah pernah menimpa istri Rasulullah saw, Aisyah ra ketika Aisyah tertinggal dari tandu yang membawanya karena mencari kalung yang diberikan Rasulullah dan salah seorang sahabat mengantar Aisyah untuk menyusul. Inilah yang menyulut fitnah.
Bagaimana Rasulullah menghadapi hal ini? Ketahuilah bahwa Rasulullah bersabar dengan tetap berusaha mengumpulkan bukti, namun ia pun tak membela Aisyah ra, istrinya. Rasulullah sangat objektif, ini pun menjadi sebuah pelajaran bahwa rasa cinta itu memang tak boleh berlebihan.
Hindarilah tersulut emosi ketika menghadapi fitnah, ‘fashabrun jamiil..!”. dan tak pula Rasulullah menyalahkan, pun menerima sementara berita yang tak pelak menyebar. Bahkan abu bakar pun mendiamkan aisyah putrinya, sampai kebenaran dari Allah datang menghampiri. subhanallah.
Ada beberapa hikmah yang menjadi mata ajar keteladanan dalam menghadapi fitnah:
- Bahwa memang tak boleh ada cinta yang berlebih selain kepada Allah. maka tak ada pembelaan melebihi membela Allah dan Islam.
- Bahwa bersabar adalah sikap yang terbaik dalam menghadapi fitnah atau musibah, bukan sebuah pembelaan. hanya kesabaran.
- Sungguh orang-orang yang tersulut berita fitnah tentang aisyah dan orang-orang yang senang adalah bukti Allah menyaring siapa saja hambanya yang munafik, fasik, dan lemah dalam kesabarannya.
- Rasulullah dan para sahabat tidak banyak berkomentar pun menanggapi fitnah tersebut, karena kesabaran mengarahkan beliau pada kehati-hatian dan itulah ciri taqwa.
- Sungguh dengan fitnah dakwah kepada Allah dan Islam tidak akan pernah surut atau pun terhenti. Maka tak ada ketakutan terhadap suatu makhluk melainkan kepada Allah swt. Maha suci Allah.
- Bahwa fitnah menjadi sebuah pelajaran besar bagi umat muslim, karena sikap terhadap menghadapi fitnah akan membuktikan siapa kita sebenarnya.
- Sungguh sekali lagi Allah mengingatkan janganlah berlebihan berkasih sayang atau mencintai sesuatu. Sungguh tingakatan cinta terawal hanya untuk Allah. Gantilah cinta berlebihan itu dengan kesabaran cinta yang tak diungkapkan dengan kata dan penyanjungan berlebihan terhadap manusia, meski ia orang tua bahkan istri atau suami.
- Sungguh menahan diri untuk tidak menyibukkan diri menanggapi fitnah, karena Rasulullah dan para sahabat tahu hal itu akan semakin membuatnya gundah dan menenggelamkan pada kesedihan bahkan perbuatan yang sia-sia. Jika Rasulullah menanggapi/membela, berapa banyak waktu yang disia-siakannya dan akan menurunkan kredibilitasnya sebagagai pemimpin.
- Rasulullah dan para sahabat menghindari kebencian, di hati seorang muslim sejati, tiap malamya tak akan menyimpan dendam, maka sikap dan sifat objektif membawa keselamatan kepercayaan umat dari hal yang pribadi.
- Sebagai orang yag terfitnah Aisyah pun menangis dan bersabar, ia adalah orang yang paling sakit pun Rasulullah mengacuhkannya, namun ia pasrah jika peristiwa itu memang menyatakan Aisyah bersalah maka siap menjalani hukuman Allah, sebagai ketaatan keputusan dan jika berita itu tidak benar, maka nyatalah hari ini memang hal tersebut adalah pelajaran besar.
- Waspada atau berhati-hati sungguh sifat ketaqwaan. Apapun yang dikerjkan dan dikatakan berhati-hatilah.
Sumber: Oleh: Qitbiya Ilhami, http://www.dakwatuna.com/2013/01/27440/mutiara-taqwa-dalam-kerang-fitnah/#ixzz2JZOGGTkO
0 komentar:
Posting Komentar