Select Menu

Oleh: Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi. M.Sc
Semua manusia tentu pernah mengalami rasa takut. Alasannya bisa 1001 macam. Seorang pemuda atau pemudi takut tidak mendapatkan jodoh yang cocok untuknya.  Setelah menikah, takut tidak bisa mendapatkan keturunan. Setelah melahirkan, takut anaknya tidak tumbuh  normal dan sehat serta mendapat pendidikan yang baik. Setelah menyelesaikan  pendidikan, takut tidak mendapat pekerjaan. Begitu seterusnya, takut ini… takut itu… beraneka macam alasan dan latar belakangnya.

Ketakutan adalah suatu tanggapan emosi terhadap ancaman. Takut adalah suatu mekanisme pertahanan hidup dasar yang terjadi sebagai respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Beberapa ahli psikologi juga telah menyebutkan bahwa takut adalah salah satu dari emosi dasar, selainkebahagiaan, kesedihan, dan kemarahan.

Karena itu pada prinsipnya rasa takut adalah wajar dan sangat manusiawi. Jika berada di tempat ketinggian, wajar jika manusia merasa takut akan terjatuh. Jika memegang benda tajam, wajar jika seseorang takut akan terluka. Seorang pedagang takut jika suatu saat usahanya merugi, karena itu ia menjalankan usahanya dengan serius dan hati-hati.  Seorang pejabat takut jika amanah yang diberikan kepadanya tidak bisa ia jalankan dengan baik dan tidak bisa pertanggung jawabkan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Karena itu ia bekerja dengan serius dan ekstra hati-hati.

Rasa takut bisa berimplikasi positif, namun bisa juga diterjemahkan secara negara negatif. Rasa takut membuat seseorang bersikap hati-hati, melakukan sesuatu dengan serius dan bersunguh-sungguh agar ia bisa terhindar dari resiko atau ancaman yang ia takutkan.  Namun ada orang menanggapi rasa takut secara negatif dan berlebihan. Sehingga rasa takut menjadi hantu dalam dirinya dan membuat ia terdorong untuk melakukan kesalahan.

Seorang ibu yang takut secara berlebihan terhadap kesalamatan anaknya melakukan perlindungan secara berlebihan (over protection) terhadap anaknya. Seorang pejabat yang takut akan kelihangan jabatannya berusaha mempertahankan jabatannya dengan jilat sana-jilat sini, atau memfitnah dan menekan orang lain agar jabatan tersebut terus bisa ia kuasai. Seorang pedagang berlaku curang agar ia terhindar dari resiko rugi.

Lebih parah lagi, ada yang meminta bantuan dukun agar jabatannya tetap langgeng. Seorang pedagang meminta jimat penglaris agar dagangannya tetap laku dan ia terhindar dari resiko kerugian. Ada juga yang meminta bantuan pawang hujan, karena takut saat ia melakukan hajatan turun hujan lebat dan hajatan yang dilaksanakan tidak sukses. Saya sendiri dulu  juga pernah ditawarkan bantuan oleh “orang pintar”, agar bisa memenangkan Pilkada.

Tentu saja tindakan itu tidak benar dan bisa digolongkansebagai perbuatan syirik.  Jika ingin meminta tolong kenapa tidak meminta tolong langsung kepada Allah? Mengapa harus meminta bantuan orang lain, jimat atau jin, bahkan setan yang berarti mempersekutukan Tuhan. Bukanlah Allah lebih berkuasa dari makhluk apapun? Kenapa kita tidak percaya akan kebesaran dan kekuasaanNya? Kenapa kita tidak minta tolong dan mengadu hanya kepadaNya?
Dalam suatu sidang paripurna di DPRD Sumbar, salah seorang anggota DPRD dari Fraksi PPP menyampaikan bahwa ia salut dengan sikap saya yang selalu tenang dan tidak terpengaruh dengan rumor yang berkembang belakangan ini. Banyak yang menyatakan ini adalah sebuah bola salju yang sedang menggelinding dan sangat berbahaya, sebagian lainnya menyebutnya sebagai kiamat besar. Namun saya tak bergeming dan tetap tegar. Beliau mengatakan saya pantas dijadikan guru politik dan sebagai inspirator.

Padahal rahasianya mudah dan sederhana saja. Rahasia pertama adalah bekerja keras, bersungguh-sungguh dan bertindak sesuai dengan aturan, rahasia kedua adalah serahkan dan kembalikan kepada Allah hal-hal yang di luar kemampuan kita. Biarkan Allah memutuskan apa yang terbaik untuk kita, jangan ikut campur urusan yang merupakan wewenang Allah.

Rahasia ketiga adalah syukuri apapun ketentuan yang telah ditetapkan Allah untuk kita, manis atau segetir apapun ketetapan itu. Jika tiga prinsip di atas diamalkan, insya Allah tidak akan ada lagi rasa takut dan cemas berlebihan yang selalu menghantui kita. Tak ada rasa was-was yang membuat tidur kita tidak nyenyak dan makan tidak enak.  Karena itu saya tetap tenang, sabar dan tetap melakukan kegiatan rutin sehari-hari seperti biasa.

Bukankah tidak perlu hidup yang indah ini kita rusak dengan hal-hal sepele yang tidak berguna? Takut boleh dan wajar-wajar saja. Namun ketakutan yang berlebihan, sekali lagi menjadi hantu dalam diri kita sendiri. Kalau kita sudah melakukan hal-hak yang benar, kenapa harus takut? Selain itu ada Allah tetap mengadu.

Mari kita hanya berserah diri dan hanya meminta tolong kepadaNya, semoga kita selalu menjadi orang-orang yang berada di jalan kebenaran dan dan diberikan petunjuk olehNya untuk selalu berada di jalan yang benar, tanpa rasa takut yang berlebihan dan selalu tenang menjalani hidup ini. Amin…


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/04/12/31144/tiga-cara-menghilangkan-rasa-takut-berlebihan/#ixzz2UFZGXPAz

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top