Oleh: Ustadz. Hatta Syamsuddin |
Mari kita belajar dari sosok Nabi Sulaiman SAW, satu-satunya di dunia ini yang diberikan tiga hal yang bahkan tidak diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Tiga hal tersebut adalah kekayaan, kenabian dan kekuasaan. Namun tidak selamanya kehidupan beliau berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Ada satu episode kehidupan beliau yang bahkan dicatat dalam Al-Quran dan diperjelas dalam As-Sunnah, yang memberikan pelajaran bagi kita tentang sikap pertaubatan yang dahsyat.
Kisah ini termuat begitu lengkap dalam kitab hadits Bukhari dan Muslim, bagaimana suatu ketika Nabi Sulaiman begitu percaya diri mengumandangkan tekadnya: ‘Aku akan menggilir sembilan puluh sembilan istriku semalaman, yang kesemuanya akan melahirkan anak laki-laki yang berperang fii sabiilillah”. Ia merindukan generasi yang hebat, maka sebuah tekad yang dahsyat pun dilantunkan. Hanya saja pada waktu itu beliau tidak menambahkan kalimat ‘insya Allah” (jika Allah SWT berkehendak). Seorang sahabat beliau telah mengingatkan: “Ucapkan Insya Allah“. Namun beliau lalai dan tak hati-hati, terlupa nasihat sang sahabat dan langsung menjalankan apa yang ia tekadkan, menggilir istri-istrinya dalam satu malam.
Apa yang terjadi kemudian adalah episode keterpurukan dan ujian bagi nabi Sulaiman. Dari 99 istrinya tersebut, ternyata hanya seorang saja yang melahirkan bayi dan itupun dalam keadaan cacat, digambarkan dalam hadits sebagai “setengah manusia”. Maka orang-orang pun meletakkan bayi itu di atas kursi Sulaiman, dan melihat hal tersebut Nabi Sulaiman pun terpuruk, bersedih mengingat ucapannya terdahulu. Inilah yang digambarkan dalam surat Shad ayat 34 Allah SWT berfirman mengisahkan: “dan Sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan dia (anaknya) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah cacat) kemudian ia (Sulaiman) bertaubat. Bahkan Rasulullah SAW pun menambahkan saat menceritakan kisah ini, sekiranya ia (Sulaiman) mengucapkan insya Allah, niscaya setiap istrinya akan hamil dan melahirkan seorang anak yang akan berjuang di jalan Allah.
Dalam semangat yang begitu hebat untuk melahirkan generasi pejuang, nabi Sulaiman lalai dan diingatkan oleh Allah SWT. Bagi sebagian orang ini adalah kelalaian yang sangat teknis dan sederhana, namun ternyata dibalik yang kecil itulah tersimpan cara dan hikmah Allah SWT menguji dan membesarkan nabi Sulaiman. Apa yang terjadi setelahnya? Nabi Sulaiman pun bertaubat, beliau meminta ampunan sekaligus penyesalan yang mendalam di hadapan Allah SWT. Namun itu tidak disertai kesedihan yang bertalu-talu, ataupun rasa putus asa yang menggurita dalam dada, justru sebaliknya Sulaiman tahu ia sedang diuji. Maka ia pun bertaubat dengan mengajukan permohonan yang lebih dahsyat dari yang ia capai sebelumnya. Sebuah istighfar segera disusul dengan proposal untuk mendapatkan kerajaan terbesar yang pernah dikenal dalam sejarah manusia. Dengan jelas lisan Sulaiman berujar: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi“ (Shad:34-35)
Subhanallah, taubat yang melahirkan semangat dahsyat. Dalam taubatnya nabi Sulaiman terus melanjutkan cita, bahkan ia mempunyai target yang lebih kuat, lebih besar, dari yang ia miliki sebelumnya. Sebuah kerajaan yang akan senantiasa dikenang dalam sejarah tentang kebesaran dan kekuasaannya. Maka Allah SWT pun memberikan kepada Sulaiman apa yang ia cita-citakan. Angin pun dalam genggaman, para jin tunduk di hadapan, bahkan penguasa-penguasa negeri lain siap bergabung dalam keislaman.
Pelajaran besar terpatri dalam hati, mari kita bertaubat layaknya Nabi Sulaiman. Sebuah pertaubatan yang akan menjadi hentakan sejarah, untuk mencapai kemenangan dan kejayaan jauh lebih besar dari yang kita capai pada hari ini.
Semoga bermanfaat dan salam optimis.
0 komentar:
Posting Komentar